Minggu, 21 April 2013


LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
FUNGSI HATI (PEMERIKSAAN KADAR SGPT DAN SGOT)
 






Dosen Pembimbing :
Ibu Indri Ganarsih M, Si.
                                                Ibu Narti Fitriani M, Si.
KELOMPOK 4
ANGGOTA:
1.      Ayu Septiawan (1110095000004)
2.      Mutia Widi Riani (1110095000016)
3.      Firdaus Ramadhan (1110095000026)
4.      Ai Siti Nurhayati (1110095000029)




PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
     I.               Tujuan :
Ø Memahami fungsi hati bagi tubuh.
Ø Memahami konsep aktivitas spesifik Glutamat Piruvat Transaminase (GPT) dan Glutamat Oksaloasetat Transaminase (GOT).

  II.               Teori Dasar

Hati adalah organ terbesar dan secara metabolisme paling kompleks di dalam tubuh. Organ hati terlibat dalam metabolisme zat makanan serta sebagian besar obat dan toksikan. Secara struktural organ hati tersusun oleh hepatosit (sel parenkim hati). Hepatosit bertanggung jawab terhadap peran sentral hati dalam metabolisme. Sel-sel tersebut terletak di antara sinusoid yang terisi darah dan saluran empedu. Sel Kuffer melapisi sinusoid hati dan merupakan bagian penting dari sitem retikuloendotelial tubuh. Darah dipasok melalui vena porta dan arteri hepatika, dan disalurkan melalui vena sentral dan kemudian vena hepatika ke dalam vena kava. Saluran empedu mulai berperan sebagai kanalikuli yang kecil sekali yang dibentuk oleh sel parenkim yang berdekatan. Kanalikuli bersatu menjadi duktula, saluran empedu interlobular, dan saluran hati yang lebih besar. Saluran hati utama menghubungkan duktus kistik dari kandung empedu dan membentuk saluran empedu biasa, yang mengalir ke dalam duodenum (Lu, 1995).
Sumber: geoweek.wordpress.com

Liver function Test (LFT) atau tes fungsi hati adalah tes yang dapat menunjukkan tingkat kerusakan pada hati. Beberapa kriteria yang dapat dipakai adalah, antara lain, dapatnya dikerjakan tes tersebut secara baik dengan sarana yang memadai, segi kepraktisan, biaya, stress yang dibebankan kepada penderita, kemampuan diagnostik dari tes tersebut, dan lain-lain. Pada pengujian kerusakan hati, gangguan biokimia yang terlihat adalah peningkatan permeabilitas dinding sel, berkurangnya kapasitas sintesa, terganggunya faal ekskresi, berkurangnya kapasitas penyimpanan, terganggunya faal detoksifikasi peningkatan reaksi mesenkimal dan imunologi yang abnormal. Pemeriksaan kadar serum glutamik piruvit transaminase atau Alanin aminotransferase (SGPT atau ALAT) dan kadar serum glutamik oksaloasetik transaminase atau aspartat aminotransferase (SGOT atau ASAT) adalah salah satu dari banyaknya tes fungsi hati lain. Kedua tes ini mengukur kadar enzim yang terdapat dalam hati, jantung dan otot (Hasan, 2008).
ALT adalah tes yang lebih spesifik untuk kerusakan hati disbanding ASAT. ALT adalah enzim yang dibuat dalam sel hati (hepatosit), jadi lebih spesifik untuk penyakit hati dibandingkan dengan enzim lain. Biasanya peningkatan ALT terjadi bila ada kerusakan pada selaput sel hati. Setiap jenis peradangan hati dapat menyebabkan peningkatan pada ALT. Peradangan pada hati dapat disebabkan oleh hepatitis virus, beberapa obat, penggunaan alkohol, dan penyakit pada saluran cairan empedu. AST adalah enzim mitokondria yang juga ditemukan dalam jantung, ginjal dan otak. Jadi tes ini kurang spesifik untuk penyakit hati, namun dalam beberapa kasus peradangan hati, peningkatan ALT dan AST akan serupa (Hasan, 2008).
·         Enzim-enzim AST, ALT & GLDH akan meningkat bila terjadi kerusakan sel hati. Biasanya peningkatan ALT lebih tinggi dari pada AST pada kerusakan hati yang akut, mengingat ALT merupakan enzim yang hanya terdapat dalam sitoplasma sel hati (unilokuler). Sebaliknya AST yang terdapat baik dalam sitoplasma maupun mitochondria (bilokuler) akan meningkat lebih tinggi daripada ALT pada kerusakan hati yang lebih dalam dari sitoplasma sel. Keadaan ini ditemukan pada kerusakan sel hati yang menahun.2,5,7 Adanya perbedaan peningkatan enzim AST dan ALT pada penyakit hati ini mendorong para peneliti untuk menyelidiki ratio AST & ALT ini. De Ritis et al mendapatkan ratio AST/ALT = 0,7 sebagai batas penyakit hati akut dan kronis. Ratio lni yang terkenal dengan nama ratio De Ritis memberikan hasil < 0,7 pada penyakit hati akut dan > 0,7 pada penyakit hati kronis. Batas 0,7 ini dipakai apabila pemeriksaan enzim-enzim tersebut dilakukan secara optimized, sedangkan apabila pemeriksaan dilakukan dengan cara kolorimetrik batas ini adalah 1.7 Istilah "optimized" yang dipakai perkumpulan ahli kimia di Jerman ini mengandung arti bahwa cara pemeriksaan ini telah distandardisasi secara optimum baik substrat, koenzim maupun lingkungannya. Enzim GLDH bersifat unikoluker dan terletak di dalam mitochondria. Enzim ini peka dan karena itu baik untuk deteksi dini dari kerusakan sel hati terutama yang disebabkan oleh alkohol, selain itu juga berguna untuk diagnosa banding ikterus. Perlu diketahui bahwa cortison dan sulfonil urea pada dosis terapi dapat menurunkan kadar GLDH. Pemeriksaan enzim LDH total akan lebih bermakna apabila dapat dilakukan pemeriksaan isoenzimnya yaitu LDH 5. Dalam hubungannya dengan metabolisme besi, sel hati rnembentuk transferin sebagai pengangkut Fe dan juga menyimpannya dalam bentuk feritin dan hemosiderin. Cu terdapat di dalam enzim seruloplasmin yang dibentuk oleh hati. Kelebihan Cu akan segera diekskeresi oleh hati. Perubahan kadar Fe atau Cu pada beberapa penyakit hati (Suryadi dan Marzuki, 1983).
·         Komposisi Reagen dalam pengukuran SGPT:
R1   :  Tris buffer (132,5 mmol/L), L-alanine (687,5 mmol/L), LDH (≥ 2.300 u/L),
                       Sodium azide (0,095 %).
R2   : Tris Buffer, NADH, Ketoglutarat, Sodium azide

·         Komposisi Reagen dalam pengukuran SGOT:
R1  : Triss Buffer (105 mmol/L), L-Aspartate (330 mmol/L), MHD (≥ 825 u/L),
                     Sodium azide (0,095%), LDH.
R2  : Triss buffer (20 mmol/L), NADH (1.320 u/L), α-ketoglutarat (66 mmol/L),
                     Sodium azide (0,095%).
 (Menurut Hasan, 2008) Selain itu ada beberapa tes yaitu Fosfatase alkali meningkat pada berbagai jenis penyakit hati, tetapi peningkatan ini juga dapat terjadi berhubungan dengan penyakit tidak terkait dengan hati. Fosfatase alkali sebetulnya adalah suatu kumpulan enzim yang serupa, yang dibuat dalam saluran cairan empedu dan selaput dalam hati, tetapi juga ditemukan dalam banyak jaringan lain. Peningkatan fosfatase alkali dapat terjadi bila saluran cairan empedu dihambat karena alasan apa pun. Di antara yang lain, peningkatan pada fosfatase alkali dapat terjadi terkait dengan sirosis dan kanker hati.
Kemudian GGT (gamma-glutamil transpeptidase,atau gamma GT) sering meningkat pada orang yang memakai alkohol atau zat lain yang beracun pada hati secara berlebihan. Enzim ini dibuat dalam banyak jaringan selain hati. Serupa dengan fosfatase alkali, GGT dapat meningkat dalam darah pasien dengan penyakit saluran cairan empedu. Namun tes GGT sangat peka, dan tingkat GGT dapat tinggi berhubungan dengan hampir semua penyakit hati, bahkan juga pada orang yang sehat. GGT juga dibuat termasuk alkohol, jadi peningkatan GGT kadang kala (tetapi tidak selalu) dapat menunjukkan penggunaan alkohol. Penggunaan pemanis sintetis sebagai pengganti gula, seumpamanya dalam diet soda, dapat meningkatkan GGT.
Bilirubin adalah produk utama dari penguraian sel darah merah yang tua. Bilirubin disaring dari darah oleh hati, dan dikeluarkan pada cairan empedu. Sebagaimana hati menjadi semakin rusak, bilirubin total akan meningkat. Sebagian dari bilirubin total termetabolisme, dan bagian ini disebut sebagai bilirubin langsung. Bila bagian ini meningkat, penyebab biasanya di luar hati. Bila bilirubin langsung adalah rendah sementara bilirubin total tinggi, hal ini menunjukkan kerusakan pada hati atau pada saluran cairan empedu dalam hati. Bilirubin mengandung bahan pewarna, yang memberi warna pada kotoran. Bila tingkatnya sangat tinggi, kulit dan mata dapat menjadi kuning, yang mengakibatkan gejala ikterus.
Albumin adalah protein yang mengalir dalam darah. Karena dibuat oleh hati dan dikeluarkan pada darah, albumin adalah tanda yang peka dan petunjuk yang baik terhadap beratnya penyakit hati. Tingkat albumin dalam darah menunjukkan bahwa hati tidak membuat albumin dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Tingkat ini biasanya normal pada penyakit hati yang kronis, sementara meningkat bila ada sirosis atau kerusakan berat pada hati. Ada banyak protein lain yang dibuat oleh hati, namun albumin mudah diukur.
(Menurut Rubenstein, 2003) Hepatitis adalah peradangan hati disertai sedikit atau tanpa fibrosis dan sedikit atau tanpa regenerasi nodular yang disebabkan virus. Berdasarkan tingkatan, masa inkubasi dan progresinya hepatitis terbagi atas A, B, C, E dan G. Hepatitis A, hepatitis infeksi disebabkan oleh pikornavirus RNA rantai tunggal dari keluarga enterovirus yang dieksresi dalam tinja pada akhir masa inkubasi dan menghilang saat berkembangnya penyakit. IgM hepatitis muncul pada onset penyakit dan menunjukkan infeksi baru terjadi. Penyebaran biasanya terjadi melalui rute fekal – oral akibat produk makanan seperti kerang. Virus ini mengenai orang yang berusia 5 – 14 tahun.
Hepatitis B merupakan virus hepadna DNA berantai tunggal. Menyebar melalui darah dan serum yang terinfeksi. Juga terdapat pada saliva, semen dan secret vagina. Transmisi terjadi melalui paparan perkutaneus (jarum yang terkontaminasi), kontak seksual dan infeksi neonatal. Banyak ditemukan pada pecandu obat dan homoseksual dengan masa inkubasi 6 minggu sampai 6 bulan. Timbul onset bertahap dengan gejala letargi, rasa tidak pada abdomen, ikterus dan hepatomegali.
Hepatitis C adalah flavivirus RNA tunggal, terutama penyalahgunaan obat intra vena dan pasien yang bertransfusi darah. Masa inkubasi 2 – 26 minggu. Progesi lambat (10 – 20) menjadi hepatitis kronis aktif terjadi sekitar 50% kasus dan sirosis pada sekitar 15 %.
Hepatitis E disebabkan oleh virus kalikivirus RNA. Penularannya fekal – oral melalui kontaminasi air oleh reservoir fekal sapi. Virus ini menyerang orang dewasa umumnya. Hepatitis E lebih berat dari hepatitis A dengan masa inkubasi 20 – 40 hari. Sedangkan hepatitis G adalah virus flavivirus RNA positif uang sampai saat ini belum diketahui masa inkubasinya dan belum diketahui bisa menyebabkan penyakit hati kronis atau akut.
III.               Prinsip Kerja
·         Prinsip kerja pengukuran :


Di dalam serum terdapat enzim ALAT yang mengkatalis reaksi α – ketoglutarat dengan L – aspartat. Lalu terjadi peningkatan
IV.               Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan adalah serum (plasma darah yang tidak mengandung zat penggumpal), reagen 1 dan  reagen 2, aqua bidest dan dexstran. Alat – alatnya adalah Zenix 188, vaccutainer, syringe dan tabung reaksi. Reagen 1 (R1/reagen enzim): dengan kandungan Tris Buffer pH7,5 100 mmol/L dan L-Alanin 500 mmol/L-. LDH 1200 µ/L. Reagen 2 (R2/reagen pemulai) yang berisi 2-oxoketoglutarat 15 mmol/L-. NADH0,18 mmol/L

  V.               Cara kerja
a.    Pembuatan Serum
·         Darah diambil sebanyak 3 mL dari vena.
·         Lalu disentrifus selama 10 menit dengan kecepatan 4000 rpm
·         Serum siap dipakai.
b.    Pembuatan Sampel :
·         Pengujian SGOT
Ø  R1 dimasukkan sebanyak 500 µL pada tabung.
Ø  Pada tabung yang sama R2 dimasukkan 100 µL, larutan ini disebut Working Reagent.
Ø  Sebanyak 50 µL serum ditambahkan pada working reagent, lalu di amati.
·         Pengujian SGPT
Ø  R1 dimasukkan sebanyak 500 µL pada tabung.
Ø  Pada tabung yang sama R2 dimasukkan 100 µL, larutan ini disebut Working Reagent.
Ø  Sebanyak 50 µL serum ditambahkan pada working reagent, lalu di amati.

c.       Penggunaan Zenix 188
1.            Alat dinyalakan dengan menekan tombol “ON”, pada bagian belakang alat.
2.            Tombol 1 ditekan untuk melekukan pemeriksaan.
3.            Parameter yang akan diperiksa dipilih dengan tombol navigasi kiri kanan, lalu enter.
4.            Enter ditekan sampai pada sample test
5.            Saat diminta water blank aspirate, aquabidest dimasukkan pada feed tube. Tombol aspirasi ditekan dan tunggu sampai selesai.
6.            Sampel dimasukkan pada feed tube, lalu tombol aspirasi ditekan.
7.            Sample dibiarkan sampai tertera “testing” pada display alat.
8.            Tekan “rinse” sesudah akan dicetak
9.            Poin 6 -9 dilkukan kembali
10.        Tombol “ESC”
11.        Tekan “ASPIRATE” aquabidest dimasukkan tunggu sampai selesai
12.        Poin 5 – 11 dilakukan ulang.
13.        Tombol “ESC” ditekan lalu tekan 4 untuk mematikan alat
14.        Setelah muncul “POWER OFF” tekan ENTER.
15.        Alat dimatikan
16.        Steker dicabut dan data dicatat






VI.               Hasil Pengamatan
Setelah dilakukan pengamatan terhadap kadar SGOT dan SGPT pada enam orang probandus baik laki-laki ataupun perempuan dengan menggunakan alat Zenix 188, hasilnya adalah sebagai berikut.
Tabel 6.1 Hasil pemeriksaan kadar SGOT dan SGPT
Nama
Kadar
SGOT
SGPT
Ima
16
8,1
Ayu
13,5
11,9
Ayun
15,6
14,2
Ega
20,2
10,7
Nugroho
21,6
16,3
Alfan
19,1
24,7
NILAI NORMAL
Laki-laki =0 - 38
Perempuan =  0- 32
Laki-laki= 0 - 41
Perempuan= 0 – 31

VII.               Pembahasan
Hasil pemeriksaan kadar SGOT dan SGPT pada seluruh OP yang diamati adalah normal karena berkisar antara 0-41 u/L SGPT untuk laki-laki, dan 0-31 u/L untuk perempuan. Sedangkan SGOT untuk laki-laki adalah 0-38 u/L, sedangkan kadar normal SGOT untuk perempuan adalah 0-32 u/L. Kadar SGPT yang lebih dari normal dapat mengindikasikan kerusakan pada sel hati karena bila terjadi kerusakan pada sel hati, misalnya karena hepatitis, enzim SGOT yang digunakan oleh hati dalam pekerjaannya yaitu memfilter darah akan keluar ke pembuluh darah dari yang awalnya tersimpan didalam hati. Kadar enzim didalam darah tersebut dapat diukur, dan tingkatnya menunjukkan tingkat kerusakan pada hati. Indikasi kerusakan hati tidak hanya dapat dilihat dari hasil pengukuran SGPT, tetapi juga dapat terlihat dari hasil pemeriksaan SGOT, tetapi hal tersebut tidak spesifik karena kadar SGOT yang berlebih banyak juga ditemukan bila terjadi kerusakan pada otot, jantung, dan otak.
Pemeriksaan SGOT dan SGPT merupakan suatu pemeriksaan awal dalam mendeteksi kerusakan hati, yaitu dengan pemeriksaan darah sederhana untuk menetukan kehadiran dari enzim-enzim hati tertentu didalam darah. Dalam keadaan normal, enzim ini berada didalam sel-sel hati namun ketika hati terluka atau terjadi gangguan pada organ-organ tertentu, misalnya pada otot, jantung, dan ototo, enzim-enzim ini ditumpahkan keluar ke aliran darah. Diantara yang paling sensitif untuk pengujian ini adalah ASAT dan ALAT.
ASAT dan ALAT termasuk dalam enzim transaminase yang berperan dalam metabolisme asam amino. Gugus –NH2 dari suatu asam amino dipindahkan ke suatu α- keton, sehingga terbentuk suatu asam α- keton dan asam amino yang baru. Sedangkan ALAT di hati berfungsi memindahkan gugus aminia dari alanin ke α- ketoglutarat sehingga menghasilkan glutamate. Di bawah ini adalah reaksi enzimatik ASAT dan ALAT :


Pada pengujian aktivitas ALAT, terjadi kesetimbangan antara α-ketoglutarat + L-alanin. Piruvat yang terbentuk kemudian dikatalis oleh laktat dehidroginase. Pada reaksi tahap kedua NADH yang ada kemudian dioksidasi menjadi NAD+ . penuruna laju NADH secara langsung dengan seimbang dengan laju pembentukan piruvat yang kemudian diukur dengan photometer  pada panjang gelombang 365 nm. Hal itulah yang dimaksud dengan aktivitas ALAT.






ASAT sebagai enzim yang mengkatalisis kesetimbangan reaksi antara α-ketoglutarat dengan L-aspartate. Peningkatan oksaloasetat yang terbentuk kemudian dikatalisis oleh enzim malat dehidrogenase. Pada reaksi tahap kesua NADH dioksidasi menjadi NAD+. Penurunan NADH secara langsung dan seimbang dengan laju pembentukan oksaloasetat. kemudian diukur dengan photometer  pada panjang gelombang 365 nm. Hal itulah yang dimaksud dengan aktivitas ASAT.
Peningkatan aktivitas ALAT dan ASAT pada serum merupakan petunjuk adanya kerusakan pada parenkim hati. Namun ALAT (SGPT) berada lebih spesifik dalam hati daripada ASAT (SGOT). Peningkatan kadar SGOT disebabkan antara lain:
1.      Radang hati
2.      Kerusakan sel otot jantung
3.      Kerusakan pada jaringan lain
4.      Kerusakan sel darah merah
Peningkatan kadar SGPT antara lain disebabkan oleh:
1.      Peradangan hepatik
2.      Infraksi miokardial akut
3.      Infraksi ginjal akut
4.      Kerusakan pada otot rangka   

Kenapa sgot dan sgpt bisa diketahui dari pemeriksaan serum. Ada apa dengan serumnya.
VIII.               Kesimpulan
·         Hasil pemeriksaan kadar SGOT dan SGPT pada seluruh orang probandus adalah normal.
·         Kadar SGOT di dalam darah akan meningkat bila terjadi kerusakan didalam sel hati, otot, jantung, dan otak.
·         Kadar SGPT di dalam darah akan meningkat bila terjadi kerusakan yang spesifik yaitu hanya pada sel hati.



Daftar Pustaka

Hasan, I. 2008. Peran Albumin Dalam Penatalaksanaan Sirosis Hati. Medicinus. No. 2.Vol.21.http://www.dexamedica.com/images/publish_upload080711257643001215763044FA%20MEDICINUS%208%20MEI%202008%20rev.pdf.
Lechnier, L. A. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Erlangga. jakarta
Lu FC. 1995. Toksikologi Dasar; Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko. Edisi ke-2. Jakarta  : Penerbit Universitas Indonesia, UI Press
Rubenstein,D.,  Wayne dan J. Bradley.2003.Kedokteran Klinis edisi keenam. Erlangga : Jakarta
Suryadi dan Marzuki. 1983. Pemeriksaan Faal Hati. Cermin Kedokteran. No. 30. Vol. 1. 14 – 19. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk030diagnosislaboratorium.pdf











IX.               Pertanyaan

1)      Jelaskan fungsi hati bagi tubuh !
Jawab :
·         Menyimpan berbagai bentuk glukosa, vit B12, dan zat besi
·         Penyediaan tenaga (zat gula) dan protein 
·         Pengeluaran hormon-hormon dan insulin.
·         Pembentukan dan pengeluaran Lemak dan Kolesterol
·         Penyaring dan pembuang bahan bahan beracun di dalam darah mealalui proses pembongkaran hemoglobin.
·         Merubah amonia menjadi urea

2)      Berikan penjelasan mengenai hepatitis !
Jawab :
Hepatitis adalah suatu penyakit peradangan pada hati disertai sedikit atau tanpa fibrosis dan sedikit atau tanpa regenerasi nodular yang disebabkan virus. Berdasarkan tingkatan, masa inkubasi dan progresinya hepatitis terbagi atas A, B, C, E dan G.