LAPORAN
PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
FUNGSI HATI (PEMERIKSAAN KADAR SGPT DAN SGOT)
Dosen Pembimbing :
Ibu Indri Ganarsih M, Si.
Ibu Narti Fitriani M,
Si.
KELOMPOK 4
ANGGOTA:
1. Ayu
Septiawan (1110095000004)
2. Mutia
Widi Riani (1110095000016)
3. Firdaus
Ramadhan (1110095000026)
4. Ai
Siti Nurhayati (1110095000029)
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
I.
Tujuan :
Ø Memahami fungsi hati bagi tubuh.
Ø Memahami konsep aktivitas spesifik Glutamat Piruvat
Transaminase (GPT) dan Glutamat Oksaloasetat Transaminase (GOT).
II.
Teori Dasar
Hati
adalah organ terbesar dan secara metabolisme paling kompleks di dalam tubuh.
Organ hati terlibat dalam metabolisme zat makanan serta sebagian besar obat dan
toksikan. Secara struktural organ hati tersusun oleh hepatosit (sel parenkim
hati). Hepatosit bertanggung jawab terhadap peran sentral hati dalam
metabolisme. Sel-sel tersebut terletak di antara sinusoid yang terisi darah dan
saluran empedu. Sel Kuffer melapisi sinusoid hati dan merupakan bagian penting
dari sitem retikuloendotelial tubuh. Darah dipasok melalui vena porta dan
arteri hepatika, dan disalurkan melalui vena sentral dan kemudian vena hepatika
ke dalam vena kava. Saluran empedu mulai berperan sebagai kanalikuli yang kecil
sekali yang dibentuk oleh sel parenkim yang berdekatan. Kanalikuli bersatu
menjadi duktula, saluran empedu interlobular, dan saluran hati yang lebih
besar. Saluran hati utama menghubungkan duktus kistik dari kandung empedu dan
membentuk saluran empedu biasa, yang mengalir ke dalam duodenum (Lu, 1995).
Sumber: geoweek.wordpress.com
Liver function Test (LFT) atau tes fungsi hati adalah
tes yang dapat menunjukkan tingkat kerusakan pada hati. Beberapa kriteria yang dapat dipakai adalah, antara lain, dapatnya
dikerjakan tes tersebut secara baik dengan sarana yang memadai, segi
kepraktisan, biaya, stress yang dibebankan kepada penderita, kemampuan
diagnostik dari tes tersebut, dan lain-lain. Pada pengujian kerusakan hati,
gangguan biokimia yang terlihat adalah peningkatan permeabilitas dinding sel, berkurangnya kapasitas
sintesa, terganggunya faal ekskresi, berkurangnya kapasitas penyimpanan,
terganggunya faal detoksifikasi peningkatan reaksi mesenkimal dan imunologi
yang abnormal. Pemeriksaan
kadar serum glutamik piruvit transaminase atau Alanin aminotransferase (SGPT
atau ALAT) dan kadar serum glutamik oksaloasetik transaminase atau aspartat
aminotransferase (SGOT atau ASAT) adalah salah satu dari banyaknya tes fungsi
hati lain. Kedua tes ini mengukur kadar enzim yang terdapat dalam hati, jantung
dan otot (Hasan, 2008).
ALT adalah tes
yang lebih spesifik untuk kerusakan hati disbanding ASAT. ALT adalah enzim yang
dibuat dalam sel hati (hepatosit), jadi lebih spesifik untuk penyakit hati
dibandingkan dengan enzim lain. Biasanya peningkatan ALT terjadi bila ada
kerusakan pada selaput sel hati. Setiap jenis peradangan hati dapat menyebabkan
peningkatan pada ALT. Peradangan pada hati dapat disebabkan oleh hepatitis
virus, beberapa obat, penggunaan alkohol, dan penyakit pada saluran cairan
empedu. AST adalah enzim
mitokondria yang juga ditemukan dalam jantung, ginjal dan otak. Jadi tes ini
kurang spesifik untuk penyakit hati, namun dalam beberapa kasus peradangan
hati, peningkatan ALT dan AST akan serupa (Hasan,
2008).
·
Enzim-enzim AST,
ALT & GLDH akan meningkat bila terjadi kerusakan sel hati. Biasanya
peningkatan ALT lebih tinggi dari pada AST pada kerusakan hati yang akut,
mengingat ALT merupakan enzim yang hanya terdapat dalam sitoplasma sel hati
(unilokuler). Sebaliknya AST yang terdapat baik dalam sitoplasma maupun
mitochondria (bilokuler) akan meningkat lebih tinggi daripada ALT pada
kerusakan hati yang lebih dalam dari sitoplasma sel. Keadaan ini ditemukan pada
kerusakan sel hati yang menahun.2,5,7 Adanya perbedaan peningkatan enzim AST
dan ALT pada penyakit hati ini mendorong para peneliti untuk menyelidiki ratio
AST & ALT ini. De Ritis et al mendapatkan ratio AST/ALT = 0,7 sebagai batas
penyakit hati akut dan kronis. Ratio lni yang terkenal dengan nama ratio De
Ritis memberikan hasil < 0,7 pada penyakit hati akut dan > 0,7 pada
penyakit hati kronis. Batas 0,7 ini dipakai apabila pemeriksaan enzim-enzim
tersebut dilakukan secara optimized, sedangkan apabila pemeriksaan
dilakukan dengan cara kolorimetrik batas ini adalah 1.7 Istilah
"optimized" yang dipakai perkumpulan ahli kimia di Jerman ini
mengandung arti bahwa cara pemeriksaan ini telah distandardisasi secara optimum
baik substrat, koenzim maupun lingkungannya. Enzim GLDH bersifat unikoluker dan
terletak di dalam mitochondria. Enzim ini peka dan karena itu baik untuk
deteksi dini dari kerusakan sel hati terutama yang disebabkan oleh alkohol,
selain itu juga berguna untuk diagnosa banding ikterus. Perlu diketahui bahwa
cortison dan sulfonil urea pada dosis terapi dapat menurunkan kadar GLDH.
Pemeriksaan enzim LDH total akan lebih bermakna apabila dapat dilakukan
pemeriksaan isoenzimnya yaitu LDH 5. Dalam hubungannya dengan metabolisme besi,
sel hati rnembentuk transferin sebagai pengangkut Fe dan juga menyimpannya
dalam bentuk feritin dan hemosiderin. Cu terdapat di dalam enzim seruloplasmin
yang dibentuk oleh hati. Kelebihan Cu akan segera diekskeresi oleh hati. Perubahan
kadar Fe atau Cu pada beberapa penyakit hati (Suryadi dan Marzuki, 1983).
·
Komposisi Reagen dalam pengukuran SGPT:
R1
: Tris buffer (132,5 mmol/L),
L-alanine (687,5 mmol/L), LDH (≥ 2.300 u/L),
Sodium azide (0,095 %).
R2 :
Tris Buffer, NADH, Ketoglutarat, Sodium azide
·
Komposisi Reagen dalam pengukuran SGOT:
R1 :
Triss Buffer (105 mmol/L), L-Aspartate (330 mmol/L), MHD (≥ 825 u/L),
Sodium azide (0,095%), LDH.
R2 : Triss buffer (20 mmol/L), NADH (1.320 u/L),
α-ketoglutarat (66 mmol/L),
Sodium azide (0,095%).
(Menurut Hasan, 2008) Selain itu
ada beberapa tes yaitu Fosfatase alkali meningkat pada berbagai jenis
penyakit hati, tetapi peningkatan ini juga dapat terjadi berhubungan dengan
penyakit tidak terkait dengan hati. Fosfatase alkali sebetulnya adalah suatu
kumpulan enzim yang serupa, yang dibuat dalam saluran cairan empedu dan selaput
dalam hati, tetapi juga ditemukan dalam banyak jaringan lain. Peningkatan
fosfatase alkali dapat terjadi bila saluran cairan empedu dihambat karena
alasan apa pun. Di antara yang lain, peningkatan pada fosfatase alkali dapat
terjadi terkait dengan sirosis dan kanker hati.
Kemudian GGT (gamma-glutamil transpeptidase,atau gamma GT) sering
meningkat pada orang yang memakai alkohol atau zat lain yang beracun pada hati
secara berlebihan. Enzim ini dibuat dalam banyak jaringan selain hati. Serupa
dengan fosfatase alkali, GGT dapat meningkat dalam darah pasien dengan penyakit
saluran cairan empedu. Namun tes GGT sangat peka, dan tingkat GGT dapat tinggi
berhubungan dengan hampir semua penyakit hati, bahkan juga pada orang yang
sehat. GGT juga dibuat termasuk alkohol,
jadi peningkatan GGT kadang kala (tetapi tidak selalu) dapat menunjukkan
penggunaan alkohol. Penggunaan pemanis sintetis sebagai pengganti gula,
seumpamanya dalam diet soda, dapat meningkatkan GGT.
Bilirubin
adalah produk utama dari penguraian sel darah merah
yang tua. Bilirubin disaring dari darah oleh hati, dan dikeluarkan pada cairan
empedu. Sebagaimana hati menjadi semakin rusak, bilirubin total akan
meningkat. Sebagian dari bilirubin total termetabolisme, dan bagian ini disebut
sebagai bilirubin langsung. Bila bagian ini meningkat, penyebab biasanya di
luar hati. Bila bilirubin langsung adalah rendah sementara bilirubin total tinggi,
hal ini menunjukkan kerusakan pada hati atau pada saluran cairan empedu dalam
hati. Bilirubin mengandung bahan pewarna, yang memberi warna pada kotoran. Bila
tingkatnya sangat tinggi, kulit dan mata dapat menjadi kuning, yang
mengakibatkan gejala ikterus.
Albumin
adalah protein yang mengalir dalam darah. Karena
dibuat oleh hati dan dikeluarkan pada darah, albumin adalah tanda yang peka dan
petunjuk yang baik terhadap beratnya penyakit hati. Tingkat albumin dalam darah
menunjukkan bahwa hati tidak membuat albumin dan tidak berfungsi sebagaimana
mestinya. Tingkat ini biasanya normal pada penyakit hati yang kronis, sementara
meningkat bila ada sirosis atau kerusakan berat pada hati. Ada banyak protein
lain yang dibuat oleh hati, namun albumin mudah diukur.
(Menurut Rubenstein, 2003) Hepatitis adalah peradangan hati disertai
sedikit atau tanpa fibrosis dan sedikit atau tanpa regenerasi nodular yang
disebabkan virus. Berdasarkan tingkatan, masa inkubasi dan progresinya
hepatitis terbagi atas A, B, C, E dan G. Hepatitis A, hepatitis infeksi
disebabkan oleh pikornavirus RNA rantai tunggal dari keluarga enterovirus yang
dieksresi dalam tinja pada akhir masa inkubasi dan menghilang saat
berkembangnya penyakit. IgM hepatitis muncul pada onset penyakit dan menunjukkan
infeksi baru terjadi. Penyebaran biasanya terjadi melalui rute fekal – oral
akibat produk makanan seperti kerang. Virus ini mengenai orang yang berusia 5 –
14 tahun.
Hepatitis B merupakan virus hepadna DNA berantai tunggal. Menyebar
melalui darah dan serum yang terinfeksi. Juga terdapat pada saliva, semen dan
secret vagina. Transmisi terjadi melalui paparan perkutaneus (jarum yang
terkontaminasi), kontak seksual dan infeksi neonatal. Banyak ditemukan pada
pecandu obat dan homoseksual dengan masa inkubasi 6 minggu sampai 6 bulan.
Timbul onset bertahap dengan gejala letargi, rasa tidak pada abdomen, ikterus
dan hepatomegali.
Hepatitis C adalah flavivirus RNA tunggal, terutama penyalahgunaan obat
intra vena dan pasien yang bertransfusi darah. Masa inkubasi 2 – 26 minggu.
Progesi lambat (10 – 20) menjadi hepatitis kronis aktif terjadi sekitar 50%
kasus dan sirosis pada sekitar 15 %.
Hepatitis E disebabkan oleh virus kalikivirus RNA. Penularannya fekal –
oral melalui kontaminasi air oleh reservoir fekal sapi. Virus ini menyerang
orang dewasa umumnya. Hepatitis E lebih berat dari hepatitis A dengan masa
inkubasi 20 – 40 hari. Sedangkan hepatitis G adalah virus flavivirus RNA
positif uang sampai saat ini belum diketahui masa inkubasinya dan belum
diketahui bisa menyebabkan penyakit hati kronis atau akut.
III.
Prinsip Kerja
·
Prinsip kerja
pengukuran :
Di
dalam serum terdapat enzim ALAT yang mengkatalis reaksi α – ketoglutarat dengan
L – aspartat. Lalu terjadi peningkatan
IV.
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan adalah serum
(plasma darah yang tidak mengandung zat penggumpal), reagen 1 dan reagen 2, aqua bidest dan dexstran. Alat –
alatnya adalah Zenix 188, vaccutainer, syringe dan tabung reaksi. Reagen 1
(R1/reagen enzim): dengan kandungan Tris Buffer pH7,5 100 mmol/L dan L-Alanin
500 mmol/L-. LDH 1200 µ/L. Reagen 2 (R2/reagen pemulai) yang berisi 2-oxoketoglutarat
15 mmol/L-. NADH0,18 mmol/L
V.
Cara kerja
a.
Pembuatan Serum
·
Darah diambil
sebanyak 3 mL dari vena.
·
Lalu disentrifus
selama 10 menit dengan kecepatan 4000 rpm
·
Serum siap
dipakai.
b.
Pembuatan Sampel
:
·
Pengujian SGOT
Ø R1 dimasukkan sebanyak 500 µL pada tabung.
Ø Pada tabung yang sama R2 dimasukkan 100 µL, larutan
ini disebut Working Reagent.
Ø Sebanyak 50 µL serum ditambahkan pada working reagent,
lalu di amati.
·
Pengujian SGPT
Ø R1 dimasukkan sebanyak 500 µL pada tabung.
Ø Pada tabung yang sama R2 dimasukkan 100 µL, larutan
ini disebut Working Reagent.
Ø Sebanyak 50 µL serum ditambahkan pada working reagent,
lalu di amati.
c.
Penggunaan Zenix
188
1.
Alat dinyalakan
dengan menekan tombol “ON”, pada bagian belakang alat.
2.
Tombol 1 ditekan
untuk melekukan pemeriksaan.
3.
Parameter yang
akan diperiksa dipilih dengan tombol navigasi kiri kanan, lalu enter.
4.
Enter ditekan
sampai pada sample test
5.
Saat diminta
water blank aspirate, aquabidest dimasukkan pada feed tube. Tombol aspirasi
ditekan dan tunggu sampai selesai.
6.
Sampel
dimasukkan pada feed tube, lalu tombol aspirasi ditekan.
7.
Sample dibiarkan
sampai tertera “testing” pada display alat.
8.
Tekan “rinse”
sesudah akan dicetak
9.
Poin 6 -9
dilkukan kembali
10.
Tombol “ESC”
11.
Tekan “ASPIRATE”
aquabidest dimasukkan tunggu sampai selesai
12.
Poin 5 – 11
dilakukan ulang.
13.
Tombol “ESC”
ditekan lalu tekan 4 untuk mematikan alat
14.
Setelah muncul
“POWER OFF” tekan ENTER.
15.
Alat dimatikan
16.
Steker dicabut
dan data dicatat
VI.
Hasil Pengamatan
Setelah
dilakukan pengamatan terhadap kadar SGOT dan SGPT pada enam orang probandus
baik laki-laki ataupun perempuan dengan menggunakan alat Zenix 188, hasilnya
adalah sebagai berikut.
Tabel 6.1 Hasil pemeriksaan kadar SGOT dan SGPT
Nama
|
Kadar
|
|
SGOT
|
SGPT
|
|
Ima
|
16
|
8,1
|
Ayu
|
13,5
|
11,9
|
Ayun
|
15,6
|
14,2
|
Ega
|
20,2
|
10,7
|
Nugroho
|
21,6
|
16,3
|
Alfan
|
19,1
|
24,7
|
NILAI NORMAL
|
Laki-laki =0 - 38
Perempuan = 0- 32
|
Laki-laki= 0 - 41
Perempuan= 0 – 31
|
VII.
Pembahasan
Hasil pemeriksaan kadar SGOT dan SGPT pada seluruh OP
yang diamati adalah normal karena berkisar antara 0-41 u/L SGPT untuk laki-laki, dan 0-31 u/L untuk perempuan. Sedangkan
SGOT untuk laki-laki adalah 0-38 u/L, sedangkan
kadar normal SGOT untuk perempuan adalah 0-32 u/L. Kadar SGPT yang lebih dari normal dapat
mengindikasikan kerusakan pada sel hati karena bila terjadi kerusakan pada sel
hati, misalnya karena hepatitis, enzim SGOT yang digunakan oleh hati dalam pekerjaannya yaitu
memfilter darah akan keluar ke pembuluh darah dari yang awalnya tersimpan
didalam hati. Kadar
enzim didalam
darah tersebut dapat
diukur, dan tingkatnya menunjukkan tingkat kerusakan pada hati. Indikasi
kerusakan hati tidak hanya dapat dilihat dari hasil pengukuran SGPT, tetapi
juga dapat terlihat dari hasil pemeriksaan SGOT, tetapi hal tersebut tidak
spesifik karena kadar SGOT yang berlebih banyak juga ditemukan bila terjadi
kerusakan pada otot, jantung, dan otak.
Pemeriksaan SGOT dan SGPT merupakan suatu pemeriksaan awal dalam
mendeteksi kerusakan hati, yaitu dengan pemeriksaan darah sederhana untuk
menetukan kehadiran dari enzim-enzim hati tertentu didalam darah. Dalam keadaan
normal, enzim ini berada didalam sel-sel hati namun ketika hati terluka atau
terjadi gangguan pada organ-organ tertentu, misalnya pada otot, jantung, dan
ototo, enzim-enzim ini ditumpahkan keluar ke aliran darah. Diantara yang paling
sensitif untuk pengujian ini adalah ASAT dan ALAT.
ASAT
dan ALAT termasuk dalam enzim transaminase yang berperan dalam metabolisme asam
amino. Gugus –NH2 dari suatu asam amino dipindahkan ke suatu α-
keton, sehingga terbentuk suatu asam α- keton dan asam amino yang baru.
Sedangkan ALAT di hati berfungsi memindahkan gugus aminia dari alanin ke α-
ketoglutarat sehingga menghasilkan glutamate. Di bawah ini adalah reaksi enzimatik
ASAT dan ALAT :
Pada pengujian aktivitas ALAT, terjadi
kesetimbangan antara α-ketoglutarat + L-alanin. Piruvat yang terbentuk kemudian
dikatalis oleh laktat dehidroginase. Pada reaksi tahap kedua NADH yang ada
kemudian dioksidasi menjadi NAD+ . penuruna laju NADH secara
langsung dengan seimbang dengan laju pembentukan piruvat yang kemudian diukur
dengan photometer pada panjang gelombang
365 nm. Hal itulah yang dimaksud dengan aktivitas ALAT.
ASAT sebagai enzim yang mengkatalisis
kesetimbangan reaksi antara α-ketoglutarat dengan L-aspartate. Peningkatan
oksaloasetat yang terbentuk kemudian dikatalisis oleh enzim malat
dehidrogenase. Pada reaksi tahap kesua NADH dioksidasi menjadi NAD+. Penurunan
NADH secara langsung dan seimbang dengan laju pembentukan oksaloasetat.
kemudian diukur dengan photometer pada
panjang gelombang 365 nm. Hal itulah yang dimaksud dengan aktivitas ASAT.
Peningkatan aktivitas ALAT dan ASAT pada
serum merupakan petunjuk adanya kerusakan pada parenkim hati. Namun ALAT (SGPT)
berada lebih spesifik dalam hati daripada ASAT (SGOT). Peningkatan kadar SGOT
disebabkan antara lain:
1.
Radang hati
2.
Kerusakan sel otot jantung
3.
Kerusakan pada jaringan lain
4.
Kerusakan sel darah merah
Peningkatan kadar SGPT antara lain disebabkan oleh:
1.
Peradangan hepatik
2.
Infraksi miokardial akut
3.
Infraksi ginjal akut
4.
Kerusakan pada otot rangka
Kenapa sgot dan sgpt bisa diketahui dari pemeriksaan
serum. Ada apa dengan serumnya.
VIII.
Kesimpulan
·
Hasil
pemeriksaan kadar SGOT dan SGPT pada seluruh orang probandus adalah normal.
·
Kadar
SGOT di dalam darah akan meningkat bila terjadi kerusakan didalam sel hati, otot,
jantung, dan otak.
·
Kadar
SGPT di dalam darah akan meningkat bila terjadi kerusakan yang spesifik yaitu
hanya pada sel hati.
Daftar Pustaka
Hasan, I. 2008. Peran
Albumin Dalam Penatalaksanaan Sirosis Hati. Medicinus. No. 2.Vol.21.http://www.dexamedica.com/images/publish_upload080711257643001215763044FA%20MEDICINUS%208%20MEI%202008%20rev.pdf.
Lechnier, L. A.
1982. Dasar-dasar Biokimia. Erlangga.
jakarta
Lu
FC. 1995. Toksikologi Dasar; Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko. Edisi
ke-2. Jakarta : Penerbit Universitas
Indonesia, UI Press
Rubenstein,D., Wayne dan J.
Bradley.2003.Kedokteran Klinis edisi keenam. Erlangga : Jakarta
Suryadi dan
Marzuki. 1983. Pemeriksaan Faal Hati. Cermin Kedokteran. No. 30. Vol. 1. 14 – 19. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk030diagnosislaboratorium.pdf
IX.
Pertanyaan
1)
Jelaskan fungsi
hati bagi tubuh !
Jawab :
·
Menyimpan berbagai bentuk glukosa, vit B12, dan zat
besi
·
Penyediaan tenaga (zat gula) dan protein
·
Pengeluaran hormon-hormon dan insulin.
·
Pembentukan dan pengeluaran Lemak dan Kolesterol
·
Penyaring dan pembuang bahan bahan beracun di dalam
darah mealalui proses pembongkaran hemoglobin.
·
Merubah amonia menjadi urea
2)
Berikan
penjelasan mengenai hepatitis !
Jawab :
Hepatitis
adalah suatu penyakit peradangan pada hati disertai
sedikit atau tanpa fibrosis dan sedikit atau tanpa regenerasi nodular yang
disebabkan virus. Berdasarkan tingkatan, masa inkubasi dan progresinya
hepatitis terbagi atas A, B, C, E dan G.