LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN
Pengukuran
Faktor Lingkungan Abiotik Ekosistem Akuatik
Nama : MUTIA
WIDI RIANI
NIM
: 1110095000016
Kelompok
: 5
Asisten
Dosen : Angga Restiadi
Tanggal
Praktikum : 20 Maret 2012
Tanggal
Pengumpulan : 27 Maret 2012
BIOLOGI
PROGRAM
STUDI BIOLGI
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan merupakan kompleks dari faktor yang saling berinteraksi satu
dengan lainnya, tidak saja antara faktor-faktor biotik dan abiotik, tetapi
juga antara biotik maupun abiotik itu sendiri, sehingga sulit untuk memisahkan
satu faktor terhadap faktor-faktor lainnya tanpa mempengaruhi kondisi
keseluruhannya.
Faktor
lingkungan abiotik merupakan faktor pembatas yang mempengaruhi pertumbuhan dan
distribusi organisme.
Berbeda dengan ekosistem terrestrial, faktor abiotik pada ekosistem perairan
menjadi faktor pembatas yang utama. Variasi nilai faktor
abiotik membuat ekosistem perairan selalu mengalami perubahan kualitas dan kuantitas. Oleh karena itu,
organisme perairan harus dapat beradaptasi dalam mencari nutrisi dan
menjalankan kelangsungan hidup dengan menggunakan gas-gas yang terlarut pada
perairan tersebut. Pengaruh variasi abiotik ini juga sebagai penunjang
lingkungan secara keseluruhan yang memungkinkan adanya perubahan produktivitas
biologis. Dengan adanya
praktikum ini,
kita dapat menentukan kualitas fisik dan kimia suatu perairan sehingga
dapat menambah wawasan tentang variasi faktor abiotik yang sesuai dengan
kelangsungan kehidupan organisme perairan sehingga kita dapat mengaplikasikan
hal tersebut di bidang perikanan dan konsevasi alam (Irwan,
1992).
1.2 Tujuan Praktikum
·
Mengetahui pengaruh faktor-faktor
abiotik didalam suatu ekosistem akuatik.
·
Mengetahui berbagai aspek kimia dan
fisika yang mempengaruhi kehidupan biota akuatik.
·
Mengetahui cara penggunaan alat-alat
yang digunakan dalam pengukuran faktor lingkungan abiotik ekosistem akuatik.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Faktor abiotik merupakan salah satu
komponen atau faktor dalam lingkungan yang mempengaruhi organisme. Komponen
abiotik adalah komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk tak hidup atau
segala sesuatu yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, iklim, kelembaban,
cahaya, dan bunyi (Irwan, 1992).
1.
Danau
Perairan disebut danau apabila
perairan itu dalam dengan tepi yang umumnya curam. Air danau biasanya bersifat
jernih dan keberadaan tumbuhan air terbatas hanya pada daerah pinggir saja.
Berdasarkan pada proses terjadinya danau dikenal danau tektonik yang terjadi
akibat gempa dan danau vulkanik yang terjadi akibat aktivitas gunung berapi
(Barus, 2004).
Perairan danau merupakan salah satu
bentuk ekosistem air tawar yang ada di permukaan bumi. Secara fisik, danau
merupakan suatu tempat yang luas yang mempunyai air yang tetap, jernih atau
beragam dengan aliran tertentu. Danau adalah suatu badan air alami yang selalu
tergenang sepanjang tahun dan mempunyai mutu air tertentu yang beragam dari
satu danau ke danau yang lain serta mempunyai produktivitas biologi yang
tinggi. Asal mula sebuah danau dapat bermacam-macam. Ada yang terbentuk karena
terjadi patahan di permukaan bumi yang kemudian diikuti peristiwa klimat.
Beberapa danau lain timbul akibat gejala vulkan, karena belokan sungai yang
terlalu dalam, karena depresi tanah kapur dan ada juga danau buatan.
Pencemaran air dapat disebabkan oleh
berbagai hal dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda, namun jelas
menghasilkan suatu dampak yang sama yaitu rusaknya ekosistem sungai. Salah satu
usaha pengelolaan kualitas air di Daerah Pengaliran Sungai (DPS) adalah
pemantauan parameter-parameter kualitas air. Parameter kualitas air yang
dipantau secara umum adalah parameter fisika-kimia dan biologi (Irianto &
Machbub, 2004 dalam Mahanal 2009), walaupun dalam praktiknya sering hanya digunakan parameter
fisika-kimia seperti suhu air, warna, bau, rasa, dessolve oxygen (DO), senyawa-senyawa nitrogen,
padatan tersuspensi, serta materi terlarut dan lain-lain.
Menurut Kovacs (1992) serta Rosenberg dan Resh
(1993) dalam mahanal (2009), untuk menganalisis suatu pencemaran di lingkungan
perairan banyak digunakan bioindikator, karena: 1) pengukuran kualitas faktor
fisiko-kimia hanya menggambarkan situasi pada saat itu dan memerlukan biaya dan
waktu yang tidak sedikit, 2) jumlah atau intensitas zat pencemar kadangkala
terlalu rendah untuk dideteksi dengan analisis secara kimia dan fisika, 3)
pengaruh kombinasi beberapa zat pencemar mungkin berbeda bila terpisah-pisah,
4) kadangkala tidak jelas
parameter
faktor fisiko-kimia mana yang perlu di ukur.
Sumber: http://rovicky.wordpress.com/
2.
Pengukuran
faktor abiotik danau
2.1 Pencuplikan Air
Pengambilan sampel air yang menyangkut pemeriksaan kadar
oksigen terlarut dengan menggunakan water
bottle sampler merk La Motte bertujuan agar tidak menimbulkan gelembung
udara. Pencuplikan air digunakan untuk pemeriksaan oksigen terlarut didalam
air.
2.2 Pengukuran Suhu Air
Tinggi rendahnya nilai temperatur suatu badan perairan
sangat mempengaruhi kehidupan organisme air termasuk plankton. Tingginya nilai
temperatur dapat meningkatkan kebutuhan plankton akan oksigen. Hal ini
disebabkan karena temperatur dapat memicu aktivitas fisiologis plankton
sehingga kebutuhan akan oksigen semakin meningkat. Dalam setiap penelitian
dalam ekosistem akuatik, pengukuran temperatur air merupakan hal yang mutlak
dilakukan. Hal ini disebabkan karena kelarutan berbagai gas di dalam air serta
semua aktivitas biologis-fisiologis di dalam ekosistem akuatik sangat
dipengaruhi oleh temperatur. Menurut Hukum Van’t Hoffs bahwa kenaikan
temperatur sebesar 10oC (hanya pada kisaran temperatur yang masih ditolerir)
dapat meningkatkan aktivitas fisiologis (misalnya respirasi) dari organisme
sebesar 2-3 kali lipat. Pola temperatur ekosistem akuatik juga dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air
dengan udara sekelilingnya dan juga oleh faktor kanopi (penutupan oleh
vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di tepi badan perairan. (Brehm &
Maijering, 1990 dalam Barus, 2004).
Kerapatan air
tertinggi terjadi pada suhu 4 oC, di atas dan di bawah suhu tersebut air
akan berkembang dan menjadi lebih ringan. Sifat unik ini menyebabkan air danau
tidak membeku seluruhnya pada musim dingin. Walaupun variasi suhu dalam air
tidak sebesar di udara, hal ini merupakan faktor pembatas utama karena
organisme akuatik sering kali mempunyai toleransi yang sempit (Odum, 1994).
Temperatur air di suatu ekosistem danau dipengaruhi terutama oleh intensitas
cahaya matahari tahunan, letak geografis serta ketinggian danau di atas
permukaan laut (Barus, 2004).
2.3 Pengukuran Derajat Keasaman (pH)
Air
Nilai
pH yang terlalu asam atau basa berbahaya bagi kelangsungan hidup plankton
karena akan menyebabkan berbagai gangguan metabolisme termasuk respirasi.
Organisme air dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral
dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa. Nilai pH yang ideal
bagi kehidupan organisme akuatik pada umumnya berkisar antara 7 sampai 8,5.
Kondisi perairan yang sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan
hidup organisma karena akan menyebabkan terjadinya berbagai gangguan seperti
gangguan metabolisme dan respirasi (Barus, 2004). Pengukuran pH air dapat
dilakukan dengan cara kolorimetri, dengan kertas Ph, atau dengan pH meter
(Suin, 2002). pH menunjukkan kadar asam atau basa dalam suatu larutan dan
suasana air juga mempengaruhi beberapa hal lain misalnya kehidupan biologi dan
mikrobiologi.
Sumber: www. juwilda.wordpress.com
pH-meter
adalah sebuah alat elektronik yang digunakan untuk mengukur pH (keasaman atau
alkalinitas) dari suatu cairan (meskipun probe khusus terkadang digunakan untuk
mengukur pH zat semi padat). pH-meter
yang biasa terdiri dari pengukuran khusus probe (elektroda gelas) yang
terhubung ke meteran elektronik yang mengukur dan menampilkan pH membaca.
2.4 Pengkuran
Derajat Kecerahan Air
Penetrasi cahaya sangat mempengaruhi keberadaan
plankton di suatu badan perairan, sebab penetrasi cahaya sangat menentukan
proses fotosintesis dan reproduksi yang dilakukan plankton masih dapat berlangsung.
Menurut Nybakken (1992) bahwa kedalaman penetrasi cahaya yang merupakan
kedalaman di mana produksi fitoplankton masih dapat berlangsung, bergantung
pada beberapa faktor, antara lain absorpsi cahaya oleh air, panjang gelombang
cahaya, kecerahan air, pemantulan cahaya oleh permukaan laut, lintang geografik
dan musim. Menurut Barus (2004) bahwa kedalaman penetrasi cahaya akan berbeda
pada setiap ekosistem air yang berbeda. Bagi organisma air, intensitas cahaya
berfungsi sebagai alat orientasi yang akan mendukung kehidupan organisme
tersebut dalam habitatnya.
Bila kekeruhan disebabkan oleh organisme, ukuran
kekeruhan merupakan indikasi produktifitas. Kejernihan dapat diukur dengan alat
yang amat sederhana yang disebut dengan cakram Secchi (Odum, 1994). Prinsip
penentuan kecerahan air dengan keping sechii adalah berdasarkan batas pandangan
ke dalam air untuk melihat warna putih yang berada dalam air. Semakin keruh
suatu badan air akan semakin dekat dengan batas pandangan, sebaliknya kalau air
jernih akan jauh batas pandangan tersebut. Keping sechii berupa suatu kepingan
yang berwarna hitam putih yang dibenamkan ke dalam air (Suin, 2002).
2.5 Penentuan
Kadar Oksigen Terlarut
Oksigen
memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen
terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan
anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan proses biologis yang dilakukan
oleh organisme aerobik atau anaerobik. Peranan oksigen paada organisme aerobik,
adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya
adalah nutrien yang pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan.
Sedangkan dalam kondisi anaerobik, oksigen yang dihasilkan akan mereduksi
senyawa-senyawa kimia menjadi lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas.
Karena proses oksidasi dan reduksi inilah maka peranan oksigen terlarut sangat
penting untuk membantu mengurangi beban pencemaran pada perairan secara alami maupun
secara perlakuan aerobik yang ditujukan untuk memurnikan air buangan industri
dan rumah tangga. Sebagaimana diketahui bahwa oksigen berperan sebagai
pengoksidasi dan pereduksi bahan kimia beracun menjadi senyawa lain yang lebih
sederhana dan tidak beracun. Disamping itu, oksigen jugasangat dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk pernapasan. Organisme tertentu, sepertimikroorganisme,
sangat berperan dalam menguraikan senyawa kimia beracun rnenjadi senyawa
lainyang Iebih sederhana dan tidak beracun. Karena peranannya yang penting ini,
air buangan industridan limbah sebelum dibuang ke lingkungan umum terlebih
dahulu diperkaya kadar oksigennya.
Oksigen
terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme
atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan
pembiakan. Disamping itu,
oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan – bahan organik dan anorganik
dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari
suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang
hidup dalam perairan tersebut.
Plankton merupakan
organisme air yang membutuhkan oksigen untuk melaksanakan aktivitas fisiologis
dan biologis. Kandungan oksigen terlarut yang terdapat di suatu badan perairan
tentu saja sangat mempengaruhi keberadaan plankton karena plankton membutuhkan oksigen
untuk dikonsumsi terutama pada saat proses respirasi. Agar dapat hidup, hewan
maupun tumbuhan air memerlukan oksigen untuk proses respirasi. Kadar oksigen
terlarut (DO) adalah jumlah oksigen yang terlarut dalam volume air tertentu
pada suatu suhu dan tekanan atmosfer tertentu. Pada tekanan atmosfer normal (1
atm) dan suhu 20 oC, kadar maksimum oksigen terlarut dalam air adalah 9 ppm
(mg/l).
2.6 Pengukuran
Turbiditas Air
Turbiditas (kekeruhan) merupakan kandungan bahan
Organik maupun Anorganik yang terdapat di peraairan sehingga mempengaruhi
proses kehidupan organisme yang ada di perairan tersebut. Turbiditas sering di
sebut dengan kekeruhan, apabila di dalam air media terjadi kekeruhan yang
tinggi maka kandungan oksigen akan menurun, hal ini disebabkan intensitas
cahaya matahari yang masuk kedalam perairan sangat terbatas sehingga tumbuhan/
phytoplankton tidak dapat melakukan proses fotosintesis untuk mengasilkan
oksigen.
Turbidimeter
merupakan alat yang digunakan untuk menguji kekeruhan, yang biasanya dilakukan
pengujian adalah pada sampel cairan misalnya air. Salah satu parameter mutu
yang sangat vital adalah kekeruhan yang kadang-kadang diabaikan karena dianggap
sudah cukup dilihat saja atau alat ujinya yang tidak ada padahal hal tersebut
dapat berpengaruh terhadap mutu. Oleh sebab itu untuk mengendalikan mutu
dilakukan uji kekeruhan dengan alat turbidimeter.
2.7 Pengukuran
Salinitas dan Konduktivitas Air
Salinitas
merupakan jumlah gram garam yang terlarut dalam satu kilogram air laut. Konsentrasi
garam dikontrol oleh batuan alami yang mengalami pelapukan, tipe tanah, dan
komposisi kimia dasar perairan. Salinitas merupakan indikator utama untuk
mengetahui penyebaran massa air lautan sehingga penyebaran nilai-nilai
salinitas secara langsung menunjukkan penyebaran dan peredaran massa air dari
satu tempat ke tempat lainnya. Penyebaran salinitas secara alamiah dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain curah hujan, pengaliran air tawar ke laut
secara langsung maupun lewat sungai dan gletser, penguapan, arus laut,
turbulensi percampuran, dan aksi gelombang.
Daya hantar listrik atau konduktivitas perairan dapat
diukur dengan konduktivitimer. Konduktivitas air
bergantung pada jumlah ion-ion terlarut per volumenya dan mobilitas ion-ion
tersebut. Satuannya adalah (μmho/cm, 250C). Konduktivitas bertambah dengan
jumlah yang sama dengan bertambahnya salinitas. Secara umum, faktor yang lebih
dominan dalam perubahan konduktivitas air adalah temperatur.
BAB
III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum
ini dilakukan di danau Situ Gintung dan laboratorium ekologi PLT UIN Jakarta pada
hari Selasa, 20 Maret 2012 pukul 13.30 –
16.00 WIB.
3.2 Alat dan Bahan
Praktikum
kali ini menggunakan alat-alat pengukuran faktor abiotik ekosistem akuatik
seperti Water Sampler Bottle, tele thermometer, pH indikator, secci disk, DO meter, Water Quality Chekker, turbidimeter, dan
TSS. Bahan yang digunakan adalah sampel air dari danau Situ Gintung dan
aquadest.
3.3 Cara Kerja
1.
Pencuplikan
Air
Pengambilan sampel air yang menyangkut pemeriksaan kadar oksigen
terlarut dengan menggunakan water bottle
sampler merk La Motte bertujuan agar tidak menimbulkan gelembung udara.
Pengambilan sampel air dilakukan dengan cara menurunkan tabung secara horizontal
perlahan-lahan, dengan bagian ujung talinya dipegang. Setelah sesuai dengan
kedalaman yang diinginkan, tali digoyangkan beberapa kali sebelum logam pemacu
(messenger) diluncurkan. Setelah logam pemacu sampai ke botol pencuplik, botol
ditarik ke atas, dan air dari tabung tersebut dialirkan ke luar melalui suatu
sistem pipa-pipa kecil kedalam dua atau lebih botol cuplikan.
2. Pengukuran Suhu Air
Pengukuran suhu air dilakukan dengan
menggunakan thermometer air raksa dengan cara thermometer ditenggelamkan dalam air dengan seutas tali
kemudian dibiarkan sampai air raksa tidak bergerak (+5 menit). Selanjutnya suhu
dibaca dengan cara mengamati air raksa didalam thermometer tersebut.
3.
Pengukuran
Derajat Keasaman (pH) Air
Derajat
keasaman (pH) air diukur dengan menggunakan pH indikator. Caranya adalah dengan
mencelupkan kertas pH kedalam sampel air sampai seluruh warna tercelup kemudian
ditunggu beberapa saat, lalu dibandingkan dengan warna standar pada kotak pH
indikator.
4.
Pengkuran Derajat Kecerahan Air
Pengkuran
derajat kecerahan air dilakukan dengan menggunakan keping secchi (secchi disk)
dengan cara keping secchi diturunkan kedalam air secara perlahan-lahan dengan terus
memperhatikan warna keping. Tepat pada saat warna putih tidak dapat dibedakan
lagi dengan warna hitam, ukuran kedalaman panjang tali yang masuk ke dalam air
dibaca. Selanjutnya keeping secchi diturunkan kembali sedikit lebih dalam lalu
secara perlahan-lahan ditarik naik. Tepat pada saat warna putih dapat terlihat,
panjang tali atau kedalaman dibaca kembali. Derajat kecerahan dinyatakan dalam
satuan centi meter atau meter dengan merata-ratakan hasil dua pengukuran kedalaman
tersebut.
5.
Penentuan Kadar Oksigen Terlarut
Kadar atau kandungan oksigen
terlarut diukur langsung dan relative cepat dengan menggunakan alat khusus
yaitu DO-meter (Dissolved Oxygen-meter).
Caranya adalah dengan mencelupkan kabel penelusur kedalam sampel air, kemudian
dilihat dan dicatat hasilnya.
6.
Pengukuran Salinitas dan Konduktivitas Air
Pengukuran
konduktivitas dilakukan menggunakan conductivitymeter,
yaitu dengan cara bagian sensor alat dimasukkan ke dalam air sampel.
7.
Pengukuran Turbiditas air
Pengukuran turbiditas dilakukan menggunakan turbidimeter. Sampel
air dimasukkan ke dalam botol sampel. Tombol “on” ditekan, diikuti tombol “cal”
untuk kalibrasi. Botol sampel dimasukkan ke dalam turbidimeter. Ditekkan tombol
“tur” untuk pengukuran turbid. Dicatat hasil pada layar.
BAB 1V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah
dilakukan penelitian terhadap faktor abiotik ekosistem akuatik di danau Situ
Gintung, didapatkan hasil pengukuran sebagai berikut.
NO.
|
PENGAMATAN
|
HASIL
|
1.
|
Derajat
kecerahan air
|
41,5
|
2.
|
Suhu air
- Thermometer
air raksa
- DO-meter
|
29 0C
30,2 0C
|
3.
|
pH air
|
7
|
4.
|
DO meter
|
9,9
mg/L
|
5.
|
Konduktivitas
|
0,1
ms/cm
100
s
|
6.
|
Turbiditas
|
31,59
FTU
|
Tabel
4.1 Pengamatan Mikroklimat
Pengukuran derajat kecerahan air dilakukan dengan menggunakan keping secchi (secchi disk) yang memiliki prinsip kerja berdasarkan perbedaan
jarak pada saat warna putih secchi disk menghilang dari permukaan air dan
timbul kembali saat secchi disk diangkat dari dalam air. Setelah dilakukan
pengukuran, hasil derajat kecerahan air sebesar 41,5. Berdasarkan hasil
tersebut, dapat terlihat bahwa kecerahan
air di danau Situ Gintung cukup keruh karena hanya sedikit cahaya yang masuk ke
dalam air. Menurut Barus (2004) bahwa kedalaman penetrasi cahaya akan berbeda
pada setiap ekosistem air yang berbeda. Bagi organisme air, intensitas cahaya
berfungsi sebagai alat orientasi yang akan mendukung kehidupan organisme
tersebut dalam habitatnya.
Berdasarkan
hasil pengukuran menggunakan thermometer air raksa suhu yang didapat sebesar 29
0C menunjukan bahwa suhu air
di danau Situ Gintung cukup hangat. Hal tersebut dikarenakan pengukuran
dilakukan pada waktu siang hari saat terik matahari. Kenaikan temperatur dapat
membuat kelarutan oksigen dalam air menjadi berkurang karena membuat oksigen
didalam air menguap.
Setelah
dilakukan pengukuran derajat keasaman air menggunakan pH indikator didapatkan
pH sampel air sebesar 7 yang menunjukan derajat keasaman air di danau Situ
Gintung netral. pH yang netral
dibutuhkan organisme air untuk dapat hidup. Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme akuatik pada
umumnya berkisar antara 7 sampai 8,5. Kondisi perairan yang sangat asam maupun
sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan
menyebabkan terjadinya berbagai gangguan seperti gangguan metabolisme dan
respirasi. Terlebih bagi danau Situ Gintung yang tengah dalam proses suksesi,
maka keadaan pH yang netral dibutuhkan bagi kelangsungan hidup plankton sebagai
makanan organisme air yang ada (Barus, 2004).
Pengambilan sampel air yang menyangkut pemeriksaan kadar
oksigen terlarut dilakukan dengan menggunakan water bottle sampler merk La Motte. Penggunaan alat ini bertujuan
agar pada saat pengambilan sampel tidak menimbulkan gelembung udara karena akan
menyebabkan ketidak akuratan hasil. Kelebihan alat ini yaitu dapat digunakan
pada kedalaman <1 2004="2004" atau="atau" bahan="bahan" banyak="banyak" dan="dan" dapat="dapat" dari="dari" dikarenakan="dikarenakan" dinding="dinding" dipakai="dipakai" flexy="flexy" glass="glass" ibisono="ibisono" karet="karet" kelemahan="kelemahan" memiliki="memiliki" menempel="menempel" meter="meter" organik="organik" pada="pada" pemeriksaan="pemeriksaan" plastik="plastik" sehingga="sehingga" semacam="semacam" span="span" tabung="tabung" terbuat="terbuat" tidak="tidak" tujuan="tujuan" tutup="tutup" tutupnya="tutupnya" untuk="untuk" yang="yang">1>
Hasil
pengukuran oksigen terlarut sebesar 99,9 mg/L menunjukan keadaan air di danau
Situ Gintung cukup baik, namun tidak banyak ditemukan organisme air laut pada
saat penelitian seperti ikan, udang, dan lain-lain dikarenakan danau Situ
Gintung sedang dalam proses menuju suksesi, dimana organisme penghasil oksigen
didalam danau masih sedikit jumlahnya. Konsentrasi gas oksigen bervariasi pada
setiap kedalaman dan dipengaruhi oleh suhu, dan berasal dari dua sumber, yakni
atmosfer dan dari hasil fotosintesis fitoplankton dan berbagai jenis tanaman
air (Wibisono, 2004).
Kercerahan diperngaruhi oleh kedalaman. Semakin dalam
suatu periran maka tingkat kecerahan semakin rendah, hal ini dikarenakan cahaya
matahari sulit tertembus pada dasar perairan. Konduktivitas air diukur dengan
menggunakan alat Conduktivity
meter dan dipengaruhi
oleh kecerahan yaitu semakin besar nilai konduktivitas maka semakin tinggi pula
tingkat kecerahan. Tabel diatas
menunjukkan konduktivitas perairan danau Situ Gintung sebesar 100 s. hal
tersebut menunjukkan partikel-partikel ion didalam air cukup banyak sehingga
mampu mengahantarkan listrik.
Turbiditas
air diperiksa dengan menggunakan alat turbidimeter yang berfungsi untuk pengujian
kekeruhan dengan sifat optik akibat dispersi sinar dan dapat dinyatakan sebagai
perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya yang datang. Turbidimeter
memiliki prinsip kerja akan memancarkan cahaya pada media atau sampel, cahaya tersebut
akan diserap dan ada yang diteruskan, dipantulkan atau menembus media tersebut.
Cahaya yang menembus/diserap media akan diukur dan ditransfer kedalam bentuk
angka yang merupakan tingkat kekeruhan. Semakin banyak cahaya yang diserap maka
semakin keruh. Tabel diatas menunjukan turbiditas air danau Situ Gintung
sebesar 31,9 FTU. Hal itu menunjukkan banyaknya partikel-partikel tersuspensi
di perairan tersebut. Kekeruhan pada perairan danau disebabkan oleh bahan
tersuspensi dan partikel-partikel seperti tanah, lumpur, dan bahan-bahan organik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
·
Faktor-faktor abiotik yang mempengaruhi
ekosistem akuatik adalah faktor fisik, kimia, dan bologi.
·
Parameter fisika dan kimia dalam
ekosistem akuatik adalah suhu, pH, derajat kecerahan air, dessolve oxygen (DO), turbiditas, konduktivitas, dan
salinitas.
·
Derajat kecerahan air diukur dengan
menggunakan alat sechii disk dan hasilnya
keruh.
·
Suhu air diukur dengan menggunakan alat
thermometer air raksa, dan hasilnya hangat.
·
Kandungan oksigen terlarut diukur dengan
menggunakan alat DO-meter dan
hasilnya cukup baik.
·
Konduktivitas air diukur dengan
manggunakan alat Conduktivity meter
dan hasilnya terbilang cukup baik.
·
Derajat keasaman air diukur dengan
menggunakan alat pH indikator universal dan hasilnya pH air netral.
·
Turbiditas air diukur dengan menggunakan
alat turbidimeter dan hasilnya tergolong sedang yaitu 31,9 FTU.
5.2 Saran
·
Setiap kelompok sebaiknya memegang alat masing-masing
agar praktikum menjadi lebih efektif.
·
Pengukuran sebaiknya dilakukan pada titik-titik yang
berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Andi
Yogyakarta.
Arsyad, Sitanala. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB
Press.
Barus,
T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan.
Medan. USU Press.
Mahanal,
S. 2008. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Deteksi Kualitas Sungai dengan
Indikator Biologi Berbasis Konstruktivistik untuk Memberdayakan Berpikir Kritis
dan Sikap Siswa SMA terhadap Ekosistem Sungai di Malang. Disertasi tidak
diterbitkan. Malang: Program Pasca sarjana Universitas Negeri Malang.
Nybakken, J,W. 1992. Biologi Laut satu
Pendekatan Ekologis. Jakarta. PT Gramedia.
Odum, E.P. 1971. Fundamental
of Ecology. W.B. Saunder Com. Philadelphia 125 pp.
Suripin.
2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan
Air. Yogyakarta. Andi Yogyakarta.
Setiadi,
Dede. 1989. Dasar-dasar Ekologi.
Bogor: IPB Press.
Suin
NM. 2002. Metoda Ekologi. Padang.
Universitas Andalas.
Wibisono, M.S. 2004. Pengantar Ilmu
Kelautan Edisi 2. Jakarta. UI Press
Wirakusumah, Sambas. 2003. Dasar-dasar Ekologi.
Jakarta. UI Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar